Sinergi Ruang Air dan Tata Ruang dalam Penanganan Banjir di Tanjung Selor

Penulis terjebak saat terjadinya banjir di Tanjung Selor pada medio Mei 2017. Tidak  menyangka bahwa hari itu akan terjadi banjir disaat saat itu cuaca relatif cerah, tidak terjadi hujan. Beberapa informasi dari masyarakat menyampaikan bahwa banjir terjadi karena kiriman air dari bagian hulu dengan debit berlebih dengan posisi Tanjung Selor merupakan bagian segmen tengah-hilir dari DAS Sungai Kayan. Suatu kondisi yang tentunya sangat mengganggu ditengah dinamika Provinsi Kaltara yang gencar membangun dan melayani masyarakat. Darurat, Ibukota Provinsi Kaltara tersandera banjir. Meskipun tidak terjadi hujan di Tanjung Selor, bencana banjir bisa saja datang sewaktu-waktu jika di bagian hulu Sungai Kayan terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Beberapa informasi menyebutkan bahwa bagian hulu dari Sungai Kayan telah mengalami kerusakan ekosistemnya.

PENYEBAB TERJADINYA BANJIR

Beberapa kawasan Perkotaan Tanjung Selor tergenang air luapan dari Sungai Kayan. Aliran air sungai yang tingginya melebihi muka air normal sehingga melimpah dari palung sungai dan menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di sisi sungai. Aliran air limpasan semakin meninggi, mengalir dan melimpah muka tanah yang biasanya tidak dilewati aliran air. Aktivitas masyarakat terganggu, karena jaringan jalan, fasilitas umum terendam luapan air sungai. Ditengarai bagian hulu DAS Sungai Kayan terindikasi mengalami kerusakan. Hal ini didasarkan pada kriteria seperti perbedaan debit minimum dengan debit maksimum, luas lahan kritis, sedimentasi, tingkat erosi dan kualitas air. Kriteria lain kerusakan DAS Sungai Kayan juga dapat dilihat dari berkurangnya vegetasi penutup permanen dan bertambahnya luas lahan kritis sehingga menurunkan kemampuan DAS dalam menyimpan air sehingga meningkatkan frekuensi banjir dan erosi terutama musim hujan. Banjir Tanjung Selor disebabkan hulu DAS Kayan mengalami alih fungsi lahan. Saat ini kondisi hutan di hulu DAS Kayan terdegradasi akibat dari pembukaan lahan hutan. Akibatnya, pada saat hujan turun hutan tidak mampu lagi menampung dan menyimpan air. Air hujan akan langsung mengalir sebagai aliran sebagai aliran permukaan dan terjadi banjir.

ALIH FUNGSI LAHAN

Pembangunan di Provinsi Kaltara yang dinamis berimplikasi pada upaya optimalisasi pemanfaatan ruang untuk terus melaksanakan pembangunan. Terjadilah alih fungsi lahan dari lahan non terbangun menjadi lahan terbangun berkaitan dengan upaya mengelola sumberdaya alam untuk kepentingan ekonomi. Dampak keruangan yang ditimbulkan yaitu cenderung berkompetisi dalam penggunaan lahan tidak ketinggalan pula bagian hulu DAS Sungai Kayan. Perubahan guna lahan merupakan salah satu tantangan dalam pengelolaan sumber daya alam, dan merupakan akibat dari perubahan dalam intensitas kegiatan perekonomian. Dengan demikian yang menjadi patokan perubahan guna lahan adalah perbedaan jenis pemanfaaan lahan antara kegiatan sebelum dan sesudahnya. Kegiatan pemanfaatan ruang dengan merubah tipe atau jenis penutup lahan dalam suatu DAS akan memperbesar atau memperkecil hasil air. Alih fungsi lahan memberi dampak terhadap peningkatan kuantitas dan penurunan kualitas ketersediaan air. Dampak lain dari alih fungsi lahan tersebut adalah meningkatnya aliran permukaan (run-off) yang mengakibatkan terjadinya banjir. Melalui identifikasi peta citra satelit dapat dilihat bagaimana perkembangan tutupan lahan yang terjadi di hulu DAS Kayan, luasan dan sebaran pembukaan lahan yang dilakukan.

KERUGIAN DARI BANJIR

Dampak yang dialami perkotaan Tanjung Selor sebagai ibukota dengan aktivitas ekonomi tinggi tentunya berbeda dengan dampak yang dialami daerah perdesaan yang didominasi oleh areal perkebunan. Di kawasan pesisir, nelayan tambak mengalami kerugian akibat tambak ikan yang rusak karena terendam banjir. Banjir juga telah menyebabkan masyarakat terserang penyakit kulit, diare dan lain-lain. Bukan hanya dampak fisik yang diderita oleh masyarakat tetapi juga kerugian non-fisik seperti sekolah diliburkan, harga barang meningkat dan kebutuhan meningkat. Kerugian terjadinya banjir lainnya hilangnya harta benda, rusaknya perumahan, kerusakan kawasan perdagangan, kerusakan areal pertanian, kerusakan sistem drainase dan irigasi, kerusakan jalan raya akibat terlalu lama terendam air, jembatan, kerusakan sistem telekomunikasi dan lain-lain.

TATA RUANG DAN PERMASALAHAN BANJIR

Pembangunan telah memberikan tekanan terhadap sumber daya alam dan berdampak pada penurunan kualitas lingkungan. Penggunaan lahan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti membuka lahan perkebunan, permukiman, tambang dan kegiatan lainnya dapat menimbulkan terjadinya konflik pemanfaatan lahan dan berdampak terhadap lingkungan. Kebutuhan akan lahan, baik untuk permukiman atau kegiatan aktivitas ekonomi yang meningkat, menjadikan lahan yang berfungsi sebagai retensi dan resapan semakin berkurang dan berakibat aliran permukaan bertambah besar. Kapasitas aliran Sungai Kayan yang sudah tidak mampu lagi menampung air limpasan meluap dan terjadilah genangan di Perkotaan Tanjung Selor. Genangan banjir tidak hanya menyebabkan kerugian langsung terhadap penduduk tetapi juga menyebabkan kerugian berupa lumpuhnya aktivitas perkotaan, lingkungan yang kotor rentan terhadap penyebaran penyakit serta sangat mengganggu citra kota sebagai ibukota provinsi.

Ketika perencanaan ruang memperhatikan aspek daya dukung lahan dan pemanfaatan ruang sejalan dengan perencanaan ruang maka permasalahan banjir tidak akan terjadi. Kita bisa membayangkan kelak ketika Perkotaan Tanjung Selor terus berkembang dengan lahan terbangun dan terjadi pengambilan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, maka persoalan banjir akan semakin serius. Dengan demikian semakin luas lahan terbangun, maka semakin sedikit kesempatan air untuk infiltrasi ke dalam tanah. Kebijakan yang bisa dilakukan oleh pemerintah dalam penataan ruang adalah menerapkan fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap pemanfaatan ruang. Tidak ada kompromi dalam pemanfaatan ruang, jika melanggar tata ruang maka bangunan maupun peruntukan lain harus dikembalikan ke fungsi asal. Pelaku pelanggaran ijin pemanfaatan ruang dan pemberi ijin harus diberikan sanksi yang tegas sesuai ketentuan perundang-undangan.

TERGANGGUNYA SIKLUS HIDROLOGI

Siklus hidrologi dapat terganggu dengan adanya kegiatan manusia. Kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terganggunya siklus air di DAS Kayan yaitu penebangan pohon secara berlebihan mengakibatkan hutan menjadi gundul. Saat hujan turun, air hujan tidak langsung jatuh ke tanah karena tertahan oleh daun-daun yang ada di pohon. Hal ini menyebabkan jatuhnya air tidak sekuat hujan. Air dari daun akan menetes ke dalam tanah atau mengalir melalui permukaan batang. Jatuhnya air menyebabkan tanah tidak terkikis. Air hujan yang meresap ke dalam tanah dapat menyuburkan tanah serta dapat disimpan sebagai sumber mata air yang muncul ke permukaan menjadi air jernih dan kaya mineral. Air yang muncul di permukaan akan mengalir ke sungai dan ke laut. Bayangkan jika bagian hulu DAS Kayan sudah mulai mengalami kerusakan. Hutan yang gundul karena penebangan liar menyebabkan air hujan langsung jatuh ke tanah. Hal ini menyebabkan air tidak dapat diserap dengan baik oleh tanah karena langsung mengalir ke sungai dan laut. Perkotaan Tanjung Selor yang merupakan bagian tengah (peralihan) DAS mersakan dampak banjir kiriman ini ketika terjadi hujan terus menerus di bagian hulu. Hutan yang gundul menyebabkan siklus air menjadi terganggu karena cadangan air yang berada di dalam tanah semakin bekurang sehingga air yang ada di sungai menjadi lebih sedikit. Berdasarkan kerusakan pada siklus hidrologi tersebut, adapun dampak yang dirasakan yaitu rendahnya kualitas air dan pergerakan siklus hidrologi jadi terhambat. Kegiatan manusia yang dapat merusak siklus hidrologi yaitu membiarkan lahan kosong tidak ditanami dengan tumbuhan, menggunakan air secara berlebihan untuk kegiatan sehari-hari serta mengubah daerah resapan air menjadi bangunan.

MITIGASI BENCANA BANJIR

Pengendalian banjir di Perkotaan Tanjung Selor perlu dilakukan dengan keseriusan dan komitmen karena bersifat kompleks dengan lebih menekankan pada aspek lingkungan. Rendahnya kemampuan retensi DAS, berkurangnya retensi sepanjang alur sungai, berkurangnya daerah resapan air, dan water culture yang rendah merupakan pekerjaan berat yang harus diselesaikan. Menanggulangi banjir dengan cara konvensional sudah ditinggalkan oleh negara maju yang memiliki masalah pelik dengan pengelolaan sungai, contohnya Jepang. Cara konvensional itu dapat berbentuk membuat sudetan sungai, normalisasi sungai, pembuatan tanggul, pembuatan talud, dan pembabatan vegetasi bantaran. Masalah yang akan terjadi jika tetap menggunakan cara konvensional yaitu, rusaknya keseluruhan ekologi sungai, menurunkan tingkat retensi di sepanjang sungai serta akan terjadi abrasi besar-besaran di bagian hilir. Konsep konvensional ini selain sudah menimbulkan masalah-masalah baru, secara ekonomi juga lebih mahal. Konsep ekohidraulik sekarang lebih dipilih karena konsep ini melihat kondisi ekologi DAS Sungai Kayan dan secara ekonomi lebih murah. Wewujudkan konsep ekohiraulik bisa dilakukan dengan langkah-langka: pertama, penghijauan di daerah hulu sampai hilir dan juga mengaktifkan situ dan embung. Kedua, menata guna lahan untuk meminimalkan limpasan langsung, mempertinggi retensi, dan konservasi air di DAS Sungai Kayan. Ketiga, tidak perlu upaya pelurusan sungai atau sudetan, tetap mempertahankan sungai bermeander. Melihat karakteristik lokal bahwa ada potensi dibangun bendungan sekaligus potensi sumber energi (PLTA) di kawasan Peso, maka bendungan ini sangat potensial untuk membantu mengatur aliran air dan menahan air sementara waktu. Keempat, menanami dan mengembalikan fungsi sempadan sungai sebagai kawasan perlindungan setempat. Kelima, mengatasi erosi dengan memfungsikan daerah genangan disepanjang sungai dari hulu sampai hilir, mengembangkan daerah genangan di sepanjang sungai dari hulu sampai hilir. Keenam, merevisi konsep drainase konvensional dengan mempertimbangkan faktor pendorong dan faktor penghambatnya. Ketujuh, melakukan pendekatan masyarakat tentang perannya dalam mengatasi banjir. Masyarakat harus dilibatkan secara aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan penanganan banjir. Dukungan masyarakat sangat menentukan keberhasilan pengendalian banjir, misalnya tidak membuka hutan untuk kegiatan perkebunan sekaligus membantu fungsi pengawasan terkait alih fungsi lahan yang dilakukan oleh swasta.

Konsep ekohidraulik sepintas hampir sama dengan output yang diharapkan dari konsep one river one plan dan one integrated (satu sungai, satu perencanaan dan satu manajemen dari hulu sampai hilir) yang coba diadopsi kota-kota di negara maju dan berhasil. Konsep tersebut diterapkan dengan melakukan perencanaan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek dimulai dengan melakukan pembicaraan penanggulangan banjir dengan pihak Pemerintah Kabupaten Bulungan, Perhutani, Balai Wilayah Sungai Kalimantan III yang membawai DAS Kayan dan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di bagian hulu DAS Sungai Kayan. Mengingat banjir yang terjadi di Perkotaan Tanjung Selor merupakan banjir kiriman dari daerah hulu yang secara administratif berada di Kabupaten Bulungan. Kemudian penyelesaian masalah evakuasi, bantuan kemanusiaan, dan rehabilitasi yang harus dilakukan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya. Perencanaan jangka menengah ini dilakukan untuk menghindari banjir untuk beberapa tahun kedepan dengan cara: pertama, membangun embung, waduk, dan cekungan-cekungan alami di sepanjang DAS Sungai Kayan. Kedua, penyuluhan sosial kepada masyarakat untuk senantiasa aktif dalam upaya penanganan dan pengendalian banjir. Ketiga, membutuhkan kerjasama dan komitmen antar 2 pemerintah daerah (Pemprov Kaltara, Pemkab Bulungan), Perhutani, Balai Wilayah Sungai III, perusahaan logging, akademisi dan kementerian terkait. Sedangkan perencanaan jangka panjang yaitu mencari solusi yang sifatnya berkelanjutan seperti penghijauan di Kawasan Peso (bagian hulu), meninjau ulang masterplan tata ruang wilayah, membangun waduk di Peso yang sekaligus difungsikan untuk pemenuhan sumber energi (PLTA), menambah kawasan resapan atau sumur resapan, serta melibatkan masyarakat dalam penanganan banjir. Pelaksanaan program penanganan ini harus dilakukan oleh 2 pemerintah daerah, sektor swasta, kementerian, masyarakat serta akademisi. Permasalahan guna lahan yang melanggar rencana tata ruang (berada di kawasan sempadan sungai) terutama di hulu DAS Sungai Kayan harus dicarikan solusi terbaik dengan pendekatan sosial tanpa mengabaikan kepentingan lingkungan dan masyarakat banyak. Terlebih bagi perusahaan besar yang telah mengantongi ijin untuk membuka perkebunan di bagian hulu DAS Kayan. Kedepan pemerintah sudah selayaknya untuk mengendalikan dan membatasi kegiatan terbangun berupa kawasan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa maupun yang lainnya yang berada di sempadan DAS Kayan.

KONSEPSI PENGELOLAAN DAS TERPADU

DAS Sungai Kayan merupakan suatu megasistem dengan cakupan kompleksitas ekosistem DAS. Hal ini mensyaratkan suatu pendekatan pengelolaan yang bersifat multisektor, lintas daerah, termasuk kelembagaan dengan kepentingan masing-masing serta mempertimbangkan prinsip saling ketergantungan. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengelolaan DAS Sungai Kayan, yaitu: pertama, terdapat keterkaitan antara berbagai kegiatan dalam pengelolaan sumber daya air sungai dan pembinaan aktivitas manusia dalam pemanfaatan sumber daya air; kedua, melibatkan berbagai disiplin ilmu dan mencakup berbagai kegiatan yang berkepentingan dalam memanfaatkan DAS Sungai Kayan; ketiga, melihat bahwa pengelolaan DAS Sungai Kayan merupakan satu kesatuan meliputi segmen hulu, tengah, dan hilir, yang mempunyai keterkaitan biofisik dalam bentuk siklus hidrologi untuk ekosistem DAS.