STABILITAS EKONOMI DAN PELUANG INVESTASI YANG MENJANJIKAN
Kependudukan, perekonomian dan peluang investasi merupakan aspek-aspek utama yang ada di suatu wilayah sebagai salah satu indikator pengembangan daerah menuju yang dicitakan. Pertumbuhan penduduk yang meningkat tanpa diinmbangi dengan perekonomian daerah yang stabil juga akan menimbulkan dampak diantaranya ketimpangan sosial maupun jauhnya jarak kesenjangan antara si Kaya dan si Miskin. Selain itu juga dengan kondisi perekonomian yang baik juga akan membuka peluang investasi diluar potensi alam maupun sumber dayanya. Penduduk Hulu Sungai Selatan pada Tahun 2016 sebanyak 227.153 jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk mencapai 1,53% dan tingkat kepadatan mencapai 126 jiwa/km2. Terkait dengan kondisi ekonomi masyarakat, Garis kemiskinan Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada tahun 2014 menyentuh angka Rp 351.691,00 dengan persentase penduduk miskin sebesar 6,77%. Penduduk miskin sendiri merupakan penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Angka kemiskinan pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2013 yaitu dengan angka kemiskinan sebesar 6,67%. Tentunya hal ini juga harus menjadi perhatian pemerintah untuk mulai menyediakan solusi terbaik terkait dengan permasalahan ekonomi tersebut.
Apabila dibandingkan dengan kondisi perekonomian kabupaten yan tertuang dalam PDRB maka Struktur ekonomi Kabupaten Hulu Sungai Selatan ditunjukkan dengan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) 2015 masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Sektor tersebut mempengaruhi sekitar 27,22% nilai PDRB Hulu Sungai Selatan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada tahun 2015 sebesar 6,06 lebih tinggi dibandingkan tahun sebe- lumnya dengan besaran 5,79. Tentunya hal tersebut dapat dijadikan untuk meninilai bagaiman keberhasila perkembangan ekonomi suatu daerah. Dengan kondisi masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang mayoritas bekerja di bidang pertanian, perikanan, kehu- tanan maka seharusnya angka kemiskinan yang terjadi dapat ditekan dengan baik. Hal ini tentu perlu dilakukan pencarian fakta dilapangan terkait dengan kondisi adanya beberapa kesenjangan yang terjadi di masyarakat.
Berdasarkan data yang telah dihimpun, ada beberapa kesenjangan masyarakat yang terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan diantaranya, 1) Perkembangan dan Pemerataan Ekonomi Wilayah. Dilihat dari komposisi PDRB Kabupaten Hulu Sungai Selatan menurut 9 (sembilan) sektor lapangan usaha yang didominasi oleh kegiatan ekonomi primer yaitu sektor primer (Pertanian). Adanya trend penurunan sektor primer (pertanian) menuju sektor dengan kecenderungan terus meningkat yakni Industri pengolahan diakibatkan sektor sekunder (industri pengolahan) akan memberikan nilai tambah yang lebih besar dari sektor primer atau produksi pertanian. Sehingga terlihat adanya ketidakseimbangan struktur perekonomian daerah terutama sektor primer, sekunder dan tersier. Selain itu belum meratanya pembangunan dan hasil-hasilnya mengakibat- kan timbulnya kesenjangan pertumbuhan antar wila- yah pedesaan dan perkotaan serta adanya kantong- kantong kemiskinan. 2) Sebaran jumlah penduduk. Berdasarkan data yang ada menunjukan bahwa dominasi dari penduduk di Kabupaten Hulu Sungai Selatan hidup dan bermukim di wilayah pedesaan. Besarnya jumlah penduduk yang hidup di pedesaan tersebut akan membawa implikasi sosial ekonomi, antara lain pertumbuhan penduduk dengan angkatan kerja, terdapatnya kesenjangan distribusi penduduk antar desa termasuk terbatasnya lapangan kerja yang tersedia di wilayah pedesaan. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah pedesaan berkaitan erat dengan bidang usaha pertanian yang berkembang di pedesaan. Wilayah yang kurang berkembang pada umumnya wilayah yang relatif terisolasi sebagai akibat minimnya sarana dan prasarana penunjang, kondisi ini terutama terdapat di wilayah desa-desa terpencil dengan kondisi sosial ekonomi yang masih dibawah standard minimum. Salah satu jalan untuk mengatasi masalah tersebut adalah penyediaan dan pembangunan sarana dan prasarana transportasi serta sarana dan prasarana penunjang ekonomi lainnya selain itu memberikan pembinaan terhadap sumber daya manusianya. Tentunya beberapa permasalahan dan ketimpangan yang terjadi dapat dijadikan menjadi bahan pelecut dengan pen- ingkatan perekonomian yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan mamaksimalkan sektor-sektor yang dapat dikembangkan menjadi lahan investasi daerah yang mampu mengangkat perekonomian warga lokal, baik dalam bidang produksi, bahan baku, maupun distribusi.
Beberapa sektoral yang mampu dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian dan kesenjangan yang terjadi dapat dilakukan dengan beberapa hal seperti: (1) Pengembangan sektor pertanian dengan optimalisasi sistem dan usaha agribisnis yang sudah mulai dijalankan masyarakat dan pengembagan pusat kawasan agropolitan koridor kandangan, angkinang, pegunungan dan kawasan sungai rawa, (2) Pengembangan sektor pariwisata sebagai destinasi alam maupun budaya unggulan yang dapat dikembangkan yang kondisinya saat ini belum terkembangkan dengan baik, (3) Pengembangan UMKM dodol, kerupuk, hingga ikan kering sebagai salah satu langkah strategis pengembangan ekonomi kecil menengah yang mampu menopang perekonomian daerah dan (4) Pengembangan potensi perikanan tangkap dan rawa yang saat ini memiliki peluang besar dalam hal permodalan, pasar dan pembudidayaan yang belum dapat dimanfaatkan dengan baik Karena belum adanya dukungan penuh yang mampu membantu masyarakat. Dilihat dari hasil panen ikan beserta hasil pengolahanya dapat dijadikan produk unggulan Khas Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
MENDORONG PERTUMBUHAN SEKTOR AGROPOLITAN HULU SUNGAI SELATAN
Sektor pertanian yang menjadi sektor basis daerah seringkali tidak optimal dalam mendukung pertumbuhan wilayah. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, diantaranya orientasi kegiatan pertanian hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan wilayah dan tidak ada upaya untuk mendapatkan nilai tambah dari pengolahan hasil pertanian. Bisa ditebak yang lebih diuntungkan adalah para pedagang yang memainkan harga jual produk pertanian. Kegiatan pertanian di Kabupaten Hulu Sungai Selatan memiliki potensi untuk menggerakkan ekonomi wilayah. Bagaimana caranya? Yaitu dengan dilakukan optimalisasi pengembangan sektor agropolitan, memastikan sektor hulu, proses dan hilir berada di Hulu Sungai Selatan. Pengembangan sektor agropolitan akan semakin memberikan multiplier efek bagi ekonomi wilayah manakala ada kolaborasi dengan sektor pariwisata dan sektor industri pengolahan. Tahapan optimalisasi pengembangan sektor agropolitan dilakukan dengan mempertimbangkan 1) nilai strategis wilayah, 2) ketimpangan wilayah, 3) visi misi pembangunan, 4) pemasaran, dan 5) kolaborasi antara sektor.
Nilai Strategis Wilayah, dengan potensi sektor pertanian yang dimiliki mulai terlihat perkembangan perekonomian masyarakat. Dominasi mata pencaharian di sektor pertanian yaitu 34.350 usaha pertanian yang dikelola oleh rumah tangga dan ketersediaan lahan untuk pertanian yang sangat besar sebesar 32.480 Ha Sektor ini layak mendapatkan perhatian pemerintah dalam pengembangannya, dengan harapan berkembangnya sektor pertanian mampu mengangkat perekonomian masyarakat dan bisa mengurangi jumlah petani miskin. Berjalannya sistem dan usaha agribsinis di masyarakat dengan dukungan pengembangan pusat kawasan agropolitan. Pengembangan kawasan agropolitan diarahkan pada dataran koridor Kandangan, pusat kawasan agropolitan dataran koridor Angkinang. Hasil komoditas unggu- lan pada sektor agropolitan yaitu cabe, tomat, itik dan rambutan. Pengolahan hasil komoditas men- jadi produk hasil pertanian dapat meningkatkan nilai jual. Sehingga hasil produksi komoditas cabe to- mat dan rambutan sebisa mungkin diolah menjadi produk jadi seperti saos cabe, manisan tomat dan keripik rambutan. Hasil produksi sebagian besar dipasarkan di pasar Kandangan, sedangkan hasil olahan produksi dijual di sentra oleh-oleh Kandangan.
Ketimpangan Wilayah, terdapat ketidakseimbangan bagaimana sektor primer, sekunder dan tersier dalam menopang Kabupaten Hulu Selatan. Berdasarkan lapangan usaha pada PDRB Kabupaten Hulu Sungai Selatan terlihat bahwa dominasi oleh kegiatan ekonomi primer yaitu sektor primer (Pertanian). Adanya trend penurunan sektor primer (pertanian) menuju sektor yang trendnya menaik yakni Industri pengolahan diakibatkan sektor sekunder (industri pengolahan) akan memberikan nilai tambah yang lebih besar dari sektor primer atau produksi pertanian. Selain itu belum meratanya penyebaran pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya timbulnya pertumbuhan mengakibatkan kesenjangan antar wilayah pedesaan dan perkotaan serta adanya kantong-kantong kemiskinan.
Perkembangan wilayah menunjukkan, Berdasarkan data yang ada menunjukan bahwa dominasi dari penduduk di Kabupaten Hulu Sungai Selatan hidup dan bermukim di wilayah pedesaan. Besarnya jumlah penduduk yang hidup di pedesaan tersebut akan membawa implikasi sosial ekonomi, antara lain pertumbuhan penduduk dengan angkatan kerja, terdapatnya kesenjangan distribusi penduduk antar desa termasuk terbatasnya lapangan kerja yang tersedia di wilayah pedesaan. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah pedesaan berkaitan erat dengan bidang usaha pertanian yang berkembang di pedesaan. Wilayah yang kurang berkembang pada umumnya wilayah yang relatif terisolasi sebagai akibat minimnya sarana dan prasarana penunjang, kondisi ini terutama terdapat di wilayah desa-desa terpencil dengankondisi sosial ekonomi yang masih dibawah standard minimum.
Salah satu jalan untuk mengatasi masalah tersebut adalah penyediaan dan pembangunan sarana dan prasarana transportasi serta sarana dan prasarana penunjang ekonomi lainnya selain itu memberikan pembinaan terhadap sumber daya manusianya. Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan terdapat gejala- gejala terjadinya ketidak seimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung lahan, baik lahan pertanian maupun kawasan hutan sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan ekologis. Dengan adanya pembangunan yang tidak mempetimbangkan aspek ekologis, akan mengakibatkan adanya ketidakseimbangan lingkungan. Hal ini, disebakan oleh tidak adanya keserasian dalam kegiatan pelestarian sumber daya alam, serta tumpang tindihnya penggunaan lahan untuk pelestarian dan perlindungan dengan kebutuhan lahan untuk kebutuhan pembangunan. Dalam kurun waktu lima tahun yaitu pada tahun 2010 hingga tahun 2015 terjadi alih fungsi lahan pertanian khususnya sawah yang ditandai dengan adanya penurunan sebesar 32.480 Ha atau sebesar 51% dari luas pada tahun 2010. Terjadinya penurunan luas lahan pertanian tentunya akan sangat berpengaruh pada hasil produksi tanaman pangan, apakah hasil produksi tetap akan mencukupi kebutuhan pada setiap tahunnya. Oleh karena itu penetapan LP2B di Kabupaten Hulu Sungai Selatan seluas 5.400 diharapkan dapat mempertahankan lahan pertanian dari alih fungsi lahan. Akibat kegiatan pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan dan keterbatasan pengetahuan masyarakat umum dan ketidak pedulian pengusaha dalam mengelola sumber daya alam, timbulah lahan-lahan kritis, pencemaran air, tanah dan udara dan gangguan lingkungan hidup.
Sebagai usaha untuk mendorong pengembangan sektor agropolitan dapat dilakukan strategi meliputi: (1) Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam untuk mendukung perkembangan pertanian, (2) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia untuk menunjang pengembangan kawasan agropolitan, (3) meningkatkan sarana prasana penunjang pengembangan kawasan agropolitan dan (4) Mengembangkan agroindustri, agrowisata sehingga meningkatkan nilai tambah pertanian.