Genderang aksi dan komitmen bersama telah ditabuh walikota dan seluruh elemen yang menjadi bagian dari pembangunan Kota Malang melalui launching GASS (gerakan angkat sampah dan sedimen) jumat (27 Desember 2019) pekan kemarin. Dilanjutkan dengan turun ke lapangan ditemukan sejumlah permasalahan krusial terkait sampah, sedimen dan bangunan di saluran maupun sungai. Budaya masyarakat yang bertanggungjawab akan kebersihan lingkungan masih menjadi pekerjaan rumah kedepan untuk terus ditingkatkan. Penanganan daerah aliran sungai dan saluran perlu dilaksanakan secara terintegrasi. Berbagai kegiatan manusia yang dapat merugikan lingkungan harus ditekan dan diminimalkan. Kegiatan pemanfaatan yang masih tidak sesuai harus ditertibkan. Perbaikan persepsi, reformasi konsep pengelolaan daerah aliran sungai, reformasi konsep restorasi sungai/saluran, reformasi untuk mengembalikan kualitas air, reformasi menata ruang berbasis daerah aliran sungai, hingga reformasi pemikiran dalam pengelolaan sungai sangat diperlukan agar tidak menimbulkan petaka bagi manusia dan lingkungan. Harus disadari bahwa sungai/saluran memiliki peran sebagai penghantar dari semua aktivitas di bagian hulu menuju tengah dan hilir. Sampah yang terkumpul di saluran/sungai juga berasal dari wilayah bagian hulu terbawa arus yang akhirnya menyumbat aliran.
Dalam sebuah hadist diriwayatkan ada seseorang melewati dahan pohon yang berada di atas jalanan, maka ia berkata, “Demi Allah! Sungguh aku akan menyingkirkan dahan ini dari jalan kaum muslimin agar tidak mengganggu mereka.” Orang ini pun dimasukkan ke dalam surga. Hadis ini menjelaskan kisah seorang laki-laki yang sedang berjalan di satu jalan. Dia melihat dahan yang berduri bergelayut di jalan kaum muslimin, maka orang-orang yang lewat merasa tergangu. Dia bertekad untuk memotong dahan itu dan menjauhkannya dari jalan. Tujuannya adalah untuk menjauhkan sesuatu yang menganggu dari jalan kaum muslimin. Allah SWT mengampuninya dan memasukkannya ke dalam surga-Nya. Rasulullah melihatnya sedang menikmati kemegahan surga dengan perbuatannya ini. Laki-laki ini beramal sedikit dan meraih pahala besar. Rahmat Allah sangatlah luas dan karunia-Nya sangatlah agung. Apa yang dilakukan oleh orang ini dianjurkan oleh agama kita. Rasulullah shallallahualaihi wasallam memerintahkan agar kita melakukan seperti yang dilakukan oleh orang ini. Beliau bersabda, “Jauhkanlah sesuatu yang menganggu dari jalan kaum muslimin (Albani dalam Silsilah Shahihah no. 2373. Menisbatkannya kepada Abu Bakar bin Abu Syaibah dalam Al-Adab, Abu Ya’la dalam Musnad, Ad-Dhiya dalam Al-Muntaqa, Muslim meriwayatkan dengan maknanya dan diriwayatkan oleh Ahmad). Secara makna luas, apalagi kalau kita berniat ikhlas karena Allah SWT melaksanakan Gerakan Angkat Sampah dan Sedimen (GASS) yang pekan kemarin telah dilaksanakan dengan semangat gotong royong yang sangat antusias dibawah komando Bapak Walikota dan bapak Wakil Walikota Malang semoga membawa kita termasuk golongan yang termaktub dalam hadist tersebut, Amiin Yaa Rabbal Alamin.
Setelah aksi terjun ke lapangan dalam kegiatan GASS, hipotesis penulis benar bahwa penyebab banjir, genangan yang salah satu penyebabnya adalah tersumbatnya saluran drainase oleh sampah dan sedimen. Bahkan di beberapa lokasi saluran drainase tertutup sampah sehingga air tidak bisa mengalir, sehingga ketika hujan turun air meluap menggenangi jalan, permukiman dan terjadilah genangan dan banjir (surface run off dan water flood).
Rendahnya kesadaran masyarakat menjadi salah satu permasalahan tersumbatnya saluran dengan sampah dan sedimen serta menjamurnya bangunan ilegal di sepanjang sempadan sungai. Masyarakat yang tidak paham adanya peraturan daerah dan juga tidak peduli terhadap dampak buruk akibat pembangunan tersebut membuatnya terus melakukan pembangunan di sepanjang sempadan sungai. Hal ini harus segera direspon oleh pemerintah agar tidak semakin parah. Pemerintah harus memikirkan cara-cara untuk menyadarkan masyarakat dengan program-program yang bisa cepat direspon oleh masyarakat salah satunya dengan GASS yang telah dilaunching, lomba kebersihan sungai/saluran dan lainnya. Namun, pemerintah tidak sendirian dalam penanganan masalah ini, masyarakat perlu membentuk komunitas yang peduli lingkungan ataupun optimasi peran aktivis-aktivis lingkungan untuk menghentikan atau setidaknya mengurangi masifnya pembangunan ilegal di sempadan sungai dan meminimalkan sampah di saluran. Aktivis, komunitas dan pemerintah dapat menyusun program-program yang menarik untuk menyadarkan kembali masyarakat. Misalkan dengan melakukan penyuluhan mengenai dampak buruk dari membuang sampah ke saluran, pembangunan ilegal ataupun penyuluhan mengenai aspek hukum yang mengatur dan sanksi yang akan dikenakan terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang. Apabila dengan penyuluhan tidak membuat masyarakat sadar dampak buruknya maka harus ada penindakan tegas yang dilakukan oleh pemerintah untuk membuat masyarakat jera untuk melakukan pelanggaran.
OPTIMASI BUDAYA/CULTURE HIDUP SEHAT DAN BERTANGGUNGJAWAB
Dua hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan genangan dan banjir di Kota Malang. Pertama, dari pendekatan teknologi. Teknologi untuk mengatasi genangan dan banjir sudah berkembang sangat maju diupayakan dengan menggunakan teknologi saluran (water carrier) dan teknologi konservasi air (boezem/waduk/retardasi basin/situ/tampungan, sumur injeksi dan lainnya). Dari hasil pantauan penulis untuk saluran drainase yang sudah ada perlu ditambah “inlet” (pintu masuknya air ke saluran) dan tutupan saluran berupa beton berlubang (bak kontrol) yang bisa dibuka serta diangkat sebagai pintu masuknya alat atau petugas kebersihan untuk mengangkat sampah dan sedimen secara berkala bisa lebih optimal. Kedua, adalah membangun budaya GASS (gerakan angkat sampah dan sedimen) di saluran/sungai. Budaya tersebut bisa dibangun dengan cara melakukannya secara periodik dan bergotong royong. Kedepan harus ada “peta zonasi saluran” per kelurahan. Peta ini menjadi wilayah “kekuasaan” Lurah utk melakukan aksi GASS bersama masyarakat kelurahan, rukun warga (RW), rukun tetangga (RT), lembaga, perguruan tinggi dan seluruh komponen yang ada di wilayah kelurahan tersebut. Secara struktural Dinas PUPR dengan satgasnya dan Dinas Lingkungan Hidup dengan pasukan kuningnya tetap secara rutin melakukan GASS, terutama yg “sulit” ditangani oleh masyarakat kelurahan. Jadi, solusi mengatasi banjir/genangan bisa dilakukan dengan dua cara, menggunakan teknologi dan membangun budaya adalah ibarat suami istri yg harus saling mengerti, memahami, harmoni dan hanya mautlah yang dapat memisahkannya, selain itu “kebersamaan” dan “harmonisasi” semua pihak adalah dua kata kunci untuk keberhasilan GASS di masa mendatang. Semua elemen harus bersama-sama, bahu membahu, bergotong royong dalam keharmonisan utk menuju satu tujuan adalah Kota Malang bebas banjir dan genangan. Dengan ikhtiar yang maksimal dan tawakkal, Insya Alloh harapan kita semua akan terwujud, Aamiin.